Tulisan bagus dari salah satu teman alumni ITB yang sedang mengambil Ph.D di US.
Agar tak menjadi Buih
(Sebuah Instropeksi diri)
Namanya Kathrina, seorang Jerman yang sempat singgah di Florida selama satu bulan untuk riset dibawah bimbingan Professor saya (yang juga seorang Jerman). Kathrina selalu datang jam 8 pagi, lantas menghidupkan komputernya dan mulai bekerja. Yang istimewa adalah detik mulai Ia bekerja, kepalanya seakan terpatri kuat pada layar monitor, jarang sekali terlihat menengok ke kanan dan ke kiri. Seluruh perhatiannya tersedot untuk pekerjaannya.
Ya, itulah Katrina. Kawan-kawan di kantor pun jadi segan untuk menyapanya. Kathrina memang berbeda dengan kawan-kawan sekantor saya atau kolega satu group. Brad sering kedapatan membuka Channel olahraga saat bekerja. Chris si Veteran Iraq menyelingi pekerjaanya dengan me"Like" berita-berita Republikan, atau berdebat tentang Israel-Palestina dengan Hussein. Sementara Hiram si Puertoriqan selalu terlihat tidur di sudut kantor.
Bagaimana dengan Si Indonesian - aya- ? Mudah diterka, bisa dipastikan tab Facebook dan Youtube nya selalu terbuka. Terkadang ia juga menyempatkan untuk bergosip dengan kawan-kawan lamanya nya di group WA.
Jam 12-teng Kathrina beranjak menuju Microwave, kemudian menghangatkan makan siang nya. Selepas santap siang, dia akan bekerja hingga jam 5-teng, lalu pulang.
Beberapa saat kemudian, ketika kami sama-sama menghadiri suatu pesta, baru saya sadari bahwa Kathrina ternyata manusia "normal". Bagi dia, jamnya kerja ya harus kerja. Jamnya pesta ya pesta. Merupakan sebuah aib bagi dia jika Ia melakukan hal Non-kerja saat jamnya bekerja atau sebaliknya ; bekerja ketika jamnya untuk berpesta.
..............
Disatu sisi, Sebut saja namanya H, si Tukang mabok tapi papernya bejibun ini mendapat gelar masternya di Stratsbourg (perbatasan Jerman-Prancis). Dia berangkat kerja di waktu normal, pulang juga di waktu normal.
Namun yang menarik adalah meskipun H perokok berat, tapi H tidak pernah membawa rokoknya ke Kantor, melainkan menggantinya dengan permen Nikotin. Alasannya sederhana, H tidak ingin membuang waktu kerjanya sekedar untuk keluar ruangan dan merokok. Sama seperti Kathrina, bagi H jam kerja ya harus dilalui dengan Full bekerja.
Bagaimana dengan Si Indonesian? Dia sering bekerja siang dan malam, belasan jam perhari. Weekday juga weekend. Ketika si Indonesian bertemu dengan H, dengan penuh kekaguman H berkata :"If I can work as hard as you, I will rock the world." Si Indonesian kemudian menjawab :"If I can work as efficient as you, I will also rock the world."
Mengapa Si Indonesian menjawab demikian? Karena si Indonesian ini sadar, bahwa diantara belasan jam yang ia "klaim", terdapat sekian jam untuk Facebookan, Youtubean dan an an yang lainnya.
..............
Apakah efek akhirnya sama dengan si Jerman?
Nyatanya tidak. Karena si Indonesian ini meski sudah 3 tahun "ngaji" kepada Prof. Jerman, tetap belum bisa memenuhi standar beliau : paling lambat satu minggu sebelum conference, slide sudah siap (juga sudah berlatih). Hampir 1 tahun sebelum menyelenggarakan konferensi, web sudah dibikin, lantas kami diminta untuk mengirim email dan abstrak hanya untuk memastikan bahwa sistem web berjalan. Juga printilan-printilan lain seperti Tas, map dll. Semuanya betul2 dipersiapkan sejak dini.
Saya yang terbiasa dengan kepanitiaan raksasa saat dikampus (OSKM = 2000 panitia *semacam PPSMB Univ UGM atau OSPEK Tingkat Kampus.Red) terkejut bahwa satu gawe konferensi internasional yg diselenggarakan FSU nyatanya bisa dimanage dengan baik hanya oleh seuprit orang.
Kata-kata Favorit Prof. saya : Check List, Priority, Be Careful with your promise! Give me reasonable time estimation!
Diantara Negara-negara dengan GDP terbesar seperti US, China; Orang Jerman paling sedikit jam kerjanya. Namun mereka sangat efisien dan terukur. Semua serba well organized. Weekend bagi Prof. saya adalah family time, saat email tidak disentuh dan saat berlatih irish trap dance bersama istri dan anaknya.
.............
Bagaimana dengan Amerika?
Sekarang sedang demam Pokemon-Go, Game yang diprediksi kelak akan sepowerfull Facebook, Sampai ada tulisan "Macroeconomic Analysis of Pokemon Go". Nyatanya, meski si Pokemon didapat dari Nintendo (Jepang) namun basis google earth dan augmented reality nya dari Amerika.
Dan semua trend semisal data science, Uber, big data, crowdfunding, AirBnB, Tesla sampai flying car juga berasal dari Amerika.
Kekuatan Amerika terletak pada keberaniannya untuk mencipta apa yang belum ada. Meski kesenjangan disini sangat tinggi, Amerika punya orang-orang dengan kreatifitas dan keberanian luar biasa untuk mencipta sesuatu yang sama sekali baru.
Tengoklah keberanian Leslie Dewan, pemudi lulusan MIT yang mendirikan perusahaan pembangkit nuklir yang menjanjikan terobosan-terobosan teknologi dalam usia yang belum genap 30 tahun (Transatomic Energy). Tentu tengok pula keberanian Venture Capital yang mendanainya.
.............
Bagaimana dengan China?
Dua nama yang saling bertegur sapa dengan Si Indonesia, dini hari di Nuclear Research Building adalah Wei Cha dan Jun Ji. Memang tidak ada yang meragukan etos dan jam kerja orang china.
.............
Mantra?
Almarhum Prof. Iskandar Alisjahbana, rektor ITB yang legendaris tersebut terkenal dengan jargon dan visinya untuk "MenYahudikan Pribumi". Tapi si Indonesia punya mantra yang lain : Jam Kerja China, Efisiensi Jerman, Kreatifitas dan Keberanian Amerika.
.
...........
Epilog? Berbagai padahal
Apa kaitannya dengan judul postingan : Agar tak menjadi buih?
Merupakan nubuwat Kanjeng Nabi bahwa Umat Islam ini jumlahnya banyak, tapi ibarat buih; tak berkualitas.
Padahal..
Dalam surat Al Ashr Allah bersumpah demi sang waktu.
Padahal..
Orang Sholeh dulu jika siang ibarat singa dan jika malam ibarat Rahib (pembagian waktu yang clear, distinct).
Padahal..
Bagian dari iman adalah menjauhi hal yang sia sia (selalu produktif).
Padahal..
Kanjeng Nabi sudah memperingatkan kalau nikmat yang sering terlupakan adalah waktu luang, kesempatan (Nasihat untuk deadliner seperti saya).
Padahal..
Allah sudah mempersilahkan/menantang hamba-Nya untuk menembus langit, dan tidaklah kita dapat menembusnya "illa Bi Shulthon" , kecuali dengan kekuatan/ilmu pengetahuan (Keberanian untuk mencoba, termasuk hal-hal yg sebelumnya belum pernah ada).
Padahal..
Dalam surat Al Inshirah Allah berfirman : "Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (Urusan yang lain)." (Perintah untuk tidak menunda-nunda).
...........
Maka si Indonesia yang beragama Islam ini pun kemudian berpikir bahwa tidaklah perlu menjadi Jerman, China, atau American.
Cukup menjadi Islam saja.
Si Indonesia ini juga tersadar, bahwa mengubah peradaban mustahil tanpa mengubah diri sendiri.
Gagasan memang ,emiliki kekuatan, namun Keteladanan jauh lebih kuat dibanding gagasan.
Dan Allah mencintai Hamba-Nya yang produktif (self reminder).
Semoga tangan ini dapat merengkuh dunia, namun tidak satu biji zarah pun masuk ke hati.
Dan bisa menjadi ombak yang bisa berarti dan bermanfaat untuk sesama.
*Disunting dari Zulkaida Akbar dengan gubahan dan editan seperlunya