#Q&A : Kejujuran, sebuah Catatan
Assalamualaykum...
Sebelumnya terima kasih Nabil, sudah menyempatkan waktunya hehe
Jadi, ceritanya kami mau buat
majalah, namanya
Majalah Grafika. Nah, tema yang diangkat adalah
“Kejujuran”.
Jadi kan tema kita kejujuran nih,
kalo menurut Nabil apa sih makna kejujuran itu?
Menurut saya kejujuran adalah, dasarnya bagian dari
sifat positif alamiah manusia. Nilai dari kejujuran sangatlah mahal dan tidak tergantikan. Uang bisa saja
membeli ketidakjujuran tetapi, bisakan membeli sebuah kejujuran? Jujur ini
adalah tali pengikat manusia dangan hati nuraninya. Semakin tidak jujur
seseorang, maka terlepaslah hati nurani itu dari tubuhnya. Menurutkan derajat
manusia dari makhluk paling sempurna menjadi lebih hina dari hewan.
Ketika ucapan tidak sesuai dengan kenyataan, lubuk hati menjadi
risau karena ucapan yang keluar. Ketika ketidakjujuran diagungkan, pasti hidup
kita tidak akan pernah tenang. Ketidakjujuran ini akan mengakar dalam hati dan
menjerat pemiliknya dalam domino kebohongan tanpa akhir.
Apalagi di sini, mahasiswa adalah gerbang
terakhir moralitas bangsa. Jika kita, mahasiswa, yang katanya adalah motor
penggerak bangsa kedepannya sudah bermoral pembohong dan tidak jujur. Maka,
tidak ada harapan bangsa ini akan maju, tidak ada harapan bangsa ini akan
bangkit. Percumalah kita berkoar dan menghujat birookrat yang berada diatas
kita adalah koruptor, jika kejujuran itu tidak dimulai dari diri kita cendiri.
Dalam hal apa saja sih penerapannya?
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur,
karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga.
Seorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai
orang yang jujur (shidiq). (H.R Muslim)
Penerapan jujur sebenarnya ada tiga. Jujur
kepada Allah, jujur kepada masyarakat, dan jujur kepada diri sendiri.
Yang pertama, jujur kepada Allah. Bentuk
ini adalah bentuk yang paling berat dan menyeluruh. Kenapa? Karena yang
mengawasi kejujuran ini hanyalah Allah semata, dalam artian tidak kasatmata.
Seperti penerapan jujur dalam beribadah, apakah sudah shalat atau belum, apakah
sudah puasa atau belum.
Yang kedua, jujur kepada masyarakat. Jujur
yang melibatkan kita dan orang disekitar kita. Misalnya jujur ketika ujian,
dengan tidak mencontek. Jujur dengan tidak titip absen. Jujur ini yang paling
mudah dilihat oleh orang lain. Jika kita adalah orang yang jujur maka akan
mudah untuk mendapat kepercayaan orang lain, begitupun sebaliknya.
Yang ketiga, jujur pada diri sendiri. Jujur
ini mungkin sering kita tidak sadar dan dering diabaikan. Berusahalah untuk
jujur dan menjadi diri kita sendiri.Selalu bersyukur dengan apa yang ada di
dalam diri, baik itu kelebihan maupun kekurangan. Jujur saja, jika kita masih
memiliki kekurangan, apa adanya dan tidak dibuat buat. Tatap berkarya dengan
usaha murni yang berasal dari diri kita sendiri.
Intinya, penerapan dari kejujuran itu sebenarnya simple. Dimana saja
kita berada, kapanpun, kejujuran itu sangatlah diperlukan dan mutlak
dibutuhkan.
Nabil udah menerapkan belum?
Insyallah, saya berusaha semaksimal mungkin untuk jujur. Tdak mencontek,
dan Alhamdulillah tidak pernah titip absen.
Trus, banyak orang yang bilang nih,
Nabil itu orangnya sibuk di mana-mana, tapi IP bagus, prestasi lainnya juga
bagus, apa sih resepnya?
Kita di
dunia ini hanya sementara, dan kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil.
Diwaktu yang ada, y dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Dengan seoptial mungkin
dan sebermanfaat mungkin.
Resep saya mungkin ini, Hadis Nabi “Khairunnâs Anfa’uhum lin nâs”, sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia (lain). Apakah
kita ingin, dengan waktu kita yang sangat singkat ini, kita tidak ada pengaruh
apapun kepada sekitar? Baik masyarakat, bangsa, maupun agama? Yang penting bagi
saya, adalah ikhtiar untuk menuju kebermanfaatan.
Dalam
ikhtiar ini, yang penting itu kita melakukan yang terbaik yang kita bisa,
semaksimal mungkin. Untuk hasil, ya kita serahkan pada Allah. Mau IP seperti
apa, mau prestasi mendapat apa, setelah ikhtiar, kita serahkan saja ke Allah.
Kalau berhasil, Alhamdulillah, kalau masih gagal, berarti Allah masih saying ke
kita dengan membiarkan kita agar bisa belajar dari kegagalan.
Eh iya, di asrama juga kan ya? Nah,
gimana tuh ngebagi waktunya?
Kalau
waktu sih, saya menggunakan resep “Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak
menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan
di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan." (Imam
Asy-Syafi'iy)” nah seperti itu. Jadi kalau masalah bagi waktu, intinya saya
ingin memastikan tiap detik adalah waktu yang
bermanfaat.
Mungkin bagus juga kalau kita punya “Peta Hidup”. Nah, di peta hidup
ini, target kita tiap tahun itu jelas, target tiap bulan, tiap minggu sudah
jelas. Tiap pagi, sehabis subuh, biasanya saya merancang kegiatan-kegitan apa
yang harus dicapai dibuku saku catatan pribadi saya. Jadi untuk pembagian waktu
dan keefektifanya jelas. Seperti itu =)
Kenapa juga Nabi mau masuk LPI?
Untuk kenapa, mungkin begini sih. Selepas saya di MAN Insan Cendekia
Serpong dulu, saya kan mengontrak. Selama setahu itu, saya merasa pengetahuan
agama saya stagnan dan relative tidak sekenceng dan seteratur saat masih di
boarding. Sedih juga y, melihat keadaan saya seperti itu dulu, jadi waktu itu
saya putuskan untuk daftar asrama lagi. Kebetulan waktu itu Asrama LPI membuka
program beasiswa dan dengan bismillah di coba deh =). Alhamdulillah sudah
betah, dan tujuan awal masuk kurang lebih tercapai.
Majalan Grafika, 14 Juni 2014